A.
LATAR
BELAKANG
Secara global terdapat 200 kasus
gangguan ginjal per sejuta penduduk. 8 juta di antara jumlah populasi yang
mengalami gangguan ginjal berada dalam tahap gagal ginjal kronis. Penelitian
sebelumnya mengatakan terdapat hubungan antara mengalami gagal ginjal dengan
timbulnya gangguan psikiatri pada pasien (Cohen et al., 2004). Kondisi ini bisa
terjadi pada kasus gagal ginjal akut maupun yang kronis.
Penyakit apapun yang berlangsung dalam
kehidupan manusia dipersepsikan sebagai suatu penderitaan dan mempengaruhi
kondisi psikologis dan sosial orang yang mengalaminya. Akan tetapi petugas
kesehatan sering kali cenderung memisahkan aspek biologis dari aspek
psikososial yang dialami pasien (Leung, 2002).
Aspek psikososial menjadi penting
diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan sering membuat pasien
tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan timbul
perasaan marah dalam dirinya. (Harvey S, 2007). Penelitian oleh para
profesional di bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan psikososial
tempat pasien gagal ginjal tinggal mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi
fisik pasien (Leung, 2002).
B. RUMUSAN
MASALAH
Apakah
yang dimaksud gagal ginjal kronis?
Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronis?
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi
apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis dan bagaimanakah asuhan
keperawatannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626) Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626) Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
·
Infeksi
misalnya pielonefritis kronik
·
Penyakit
peradangan misalnya glomerulonefritis
·
Penyakit
vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
·
Gangguan
jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
·
Gangguan
kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
·
Penyakit
metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
·
Nefropati
toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
·
Nefropati
obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long,
1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif
dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
·
Stadium
1 (penurunan cadangan ginjal)
Di
tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan
penderita asimtomatik.
·
Stadium
2 (insufisiensi ginjal)
Lebih
dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat
diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal,
azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
·
Stadium
3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul
apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari
normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini
kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain
(Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit
kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi
b. Gejala yang lebih lanjut :
anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada
kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut
(Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono
(2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
·
Hipertensi
·
Pitting
edema
·
Edema
periorbital
·
Pembesaran
vena leher
·
Friction
sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
·
Krekel
·
Nafas
dangkal
·
Kusmaull
·
Sputum
kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
·
Anoreksia,
mual dan muntah
·
Perdarahan
saluran GI
·
Ulserasi
dan pardarahan mulut
·
Nafas
berbau ammonia
d. Sistem musculoskeletal
·
Kram
otot
·
Kehilangan
kekuatan otot
·
Fraktur
tulang
e. Sistem Integumen
·
Warna
kulit abu-abu mengkilat
·
Pruritis
·
Kulit
kering bersisik
·
Ekimosis
·
Kuku
tipis dan rapuh
·
Rambut
tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
·
Amenore
·
Atrofi
testis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut
Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai
berikut:
1.
Pemeriksaan
laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD,
menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
2.
Pemeriksaan
USG
3.
Untuk
mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
4.
Pemeriksaan
EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi
ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
F. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
G. PENATALAKSANAAN
1.
Dialisis
(cuci darah)
2.
Obat-obatan:
antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
3.
Diit
rendah protein dan tinggi karbohidrat
4.
Transfusi
darah
5.
Transplantasi
ginjal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Identitas
Klien
- Nama :
Tn. A
- Usia :
59
- Jenis Kelamin :
Laki-laki
- Suku/ bangsa :
Bali/Indonesia
- Agama :
Hindu
- Pendidikan :
S1
- Pekerjaan :
PNS
- Alamat :
Jl. Gelatik
2. Riwayat kesehatan sekarang
Disfungsi
ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan tampak di seluruh
tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang berhubungan dengan
fungsi renal dan urinarius.
a. Keluhan
utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
b. Adanya
rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi;
faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
c. Adanya
gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan, perubahan
nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan
penglihatan kabur.
d. Pola
eliminasi
1) Kaji
frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2) Kaji
perubahan warna urin.
3) Kaji
adanya darah dalam urin.
4) Disuria;
kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir
urinasi.
5) Hesitancy;
mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi.
6) Inkontinensia
(stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence; inkontinensia
fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang
disebabkan oleh gangguan kandungkemih.
7) Konstipasi
dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya pengosongan
kandung kemih.
e. Pola
nutrisi – metabolik
1) Kaji
jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman
berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system
perkemihan.
2) Kaji
adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih,
pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.
3) Kaji
jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi
protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas
memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
4) Kaji
adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status
cairan.
5) Kaji
kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.
3.
Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat
infeksi traktur urinarius
1) Terapi
atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani infeksi traktus
urinarius, berapa lama dirawat.
2) Adanya
gejala panas atau menggigil.
3) Sistoskopi
sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik
renal atau urinarius
b. Riwayat
keadaan berikut ini :
1) Hematuria,
perubahan warna, atau volume urin.
2) Nokturia
dan sejak kapan dimulainya.
3) Penyakit
pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom nefrotik).
4) Batu
ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
5) Kelainan
yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes mellitus,
hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain,
lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan
saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
c. Untuk
pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan, sectio
caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi;
penggunaan kontrasepsi.
d. Adanya
atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
e. Pernahkah
mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
f. Pernahkah
menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
g. Kaji
riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka
kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada
bukan perokok.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
a. Kaji
adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga (polisistik
renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s / nephritis herediter).
b. Kaji
adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga
5.
Riwayat kesehatan social
a. Kaji
riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan
ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker
kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja industri
mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang lebih
sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan infeksi
dan batu ginjal.
b. Seseorang
yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin.
c. Laki-laki
cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah mengangkat
barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.
d. Perlu
juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi
batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di
daerah dataran tinggi.
6.
Pengobatan
a. Diuretik
dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin.
b. Phenazopyridine
(pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat mengubah warna urin.
c. Anticoagulant
dapat menyebabkan hematuria.
d. Antidepresant,
antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan neurology dan
musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih atau sphinter untuk
berkontraksi atau relaksasi secara normal.
7.
Pola persepsi – kognitif
a. Apakah
gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal pasien.
b. Bagaimana
perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.
B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan
Fisik
a. Umum
: Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
b. Tanda-tanda
vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c. Pemeriksaan
fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik
Kemungkinan kelainan yang ditemukan
1. Inspeksi
a) Kulit
dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
b) Mulut
c) Wajah
d) Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. Stomatitis, napas bau amonia
Moon face Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. Stomatitis, napas bau amonia
Moon face Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
e) Meatus
urinary
Laki-laki posisi duduk
atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan untuk
membuka meatus urinary. Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan
memakai sarung tangan. Perhatikan meatus urinary.
2. Palpasi
a) Ginjal
1) Ginjal
kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal
untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena
dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
2) Posisi
pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3) Letakkan
tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan
kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau
ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi,
bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat
deviasi meatus urinary seperti defek kongenital. Jika terjadi pembesaran
ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius. Pembesaran
kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal. Tenderness/lembut pada palpasi ginjal
maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi
hidronefrosis.
4) Anjurkan
pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke
atas.
5) Lakukan
hal yang sama untuk ginjal kanan
b) Kandung
kemih
Secara normal, kandung
kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi
dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3. Perkusi
a) Ginjal
1) Atur
posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2) Letakkan
telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi
atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
3) Ulangi
prosedur untuk ginjal kanan Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut,
bulat, tegas, dan sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan
indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b) Kandung
kemih
1) Secara
normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150
ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi
umbilicus.
2) Sebelum
melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus
kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
4. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk
mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika
terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).
2. Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan
diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:
a. Pemeriksaan
laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD,
menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
b. Pemeriksaan
USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau
massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
c. Pemeriksaan
EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi
ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit.
C. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung
Faktor resiko meliputi:
·
Ketidakseimbangan
cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskuler
sistemik.
·
Gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia).
·
Akumhulasi
toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
2. Resiko
tinggi terhadap cidera.
Faktor resiko meliputi:
Penekanan produksi/sekresi
eritropoietin; penururnan produksi dan SDM hidupnya; gungguan factor pembekuan,
peningkatan kerapuhan kapiler.
3. Perubahan
proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh urea,
amonia), asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kalsifikasi metastatic pada otak.
4. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Factor resiko meliputi:
Ganguan status metabolic, sirkulasi
(anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi(neuropati perifer).
5. Resiko
tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral.
Factor resiko meliputi:
Kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan.
Iritasi kimia, perubahan urea dalam
saliva menjadi amonia.
6. Kurang
pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
7. Ketidakpatuhan
b/d Sistem nilai pasien: Keyakinan
kesehatan, pengaruh budaya. Perubahan mental; kurang/menolak sistem
pendukung/sumber. Kompleksitas, biaya, efek samping terapi.
D. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung
Faktor resiko meliputi:
·
Ketidakseimbangan
cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskuler
sistemik.
·
Gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia).
·
Akumhulasi
toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
Kriteria
Hasil : mempertahankan curah jantung dengan TD dan frekuensi jantung dalam
batas normal; nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Auskultasi bunyi jantung dan paru.
Evaluasi adanya edema perifer/kongesti vaskular dan keluhan dispnea
|
S3/s4 dengan tonus muffled,
takikardia, frekuensi jantung tidak teratur, takipnea, gemerisik, mengi, dan
edema/ distensi jugular menunjukan ggk.
|
Kaji adanya/derajat hipertensi: awasi
td: perhatikan perubahan postural, contoh duduk, berbaring, berdiri.
|
Hipertensi bermakna dapat terjadi
karena gangguan pada sistem aldosteron renin-angiotensin (disebabkan oleh
disfungsi ginjal ). Meskipun hipertensi umum,hipertensi ortostatik dapat
tejadi sehubungan dengan defisit cairan, respons terhadap obat anti
hipertensi, atau tamponade perikardial uremik.
|
Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikan lokasi, radiasi. Beratnya (skala 0-10) dan apakah tidak menetap
dengan inspirasi dalam dan posisi terlentang.
|
Hipertensi dan gjk kronis dapat
menyebabkan im,kurang lebih pasien ggk dengan dealisis mengalami
perikarditis, potensial resiko efusi perikardial/tamponade.
|
Evaluasi bunyi jantung (perhatikan
friction rub), td, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti vaskuler, suhu,
dan sensori/mental.
|
Adanya hipertensi tiba-tiba. Nadi
paradoksik, penyempitan tekanan nadi, penurunan/tak adanya nadi perifer.
Distensi jugular nyata, pucat , dan penyimpangan mental cepat menunjukan
tanponade, yang merupakan kedaruratan medik.
Tindakan/intervensi
Kaji tingkat aktivitas, respons
terhadap aktivitas.
|
Kaji tingkat aktivitas, respons
terhadap aktivitas.
|
Kelelahan dapat menyertai gjk juga
anemia.
|
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh:
Elektrolit (kalium, natrium, kalsium,
magnesium), bun;
|
Ketidak seimbangan dapat mengganggu
konduksi elektrikal dan fungsi jantung.
|
Foto dada
|
Berguna dalam mengidentifikasi terjadinya
gagal jantung atau kalsifikasi jaringan lunak.
|
Berikan obat anti hipertensi, contoh
prazozin (minipress), kaptopril (capoten), klonodin (catapres), hidralazin
(apresoline).
|
Menurunkan tahanan vaskular sistemik
dan/atau pengeluaran renin untuk menurunkan kerja miokardial dan membantu
mencegah GJK dan/ atau IM
|
Bantu dalam perikardiosentesis sesuai
indikasi.
|
Akumulasi cairan dalam kandung
perikardial dapat mempengaruhi pengisian jantung dan kontraktilitas
miokardial mengganggu curah jantung dan potensial reriko henti jantung.
|
Siapkan dialisis
|
Penurunan ureum toksik dan memperbaiki
ketidak seimbangan elektrolit dan kelebihan cairan dapat membatasi atau
mencegah manifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi perikardial.
|
2. Resiko
tinggi terhadap cidera.
Faktor resiko meliputi:
Penekanan produksi/sekresi
eritropoietin; penururnan produksi dan SDM hidupnya; gungguan factor pembekuan,
peningkatan kerapuhan kapiler.
Kriteria Hasil : tak akan mengalami
tanda/gejala pendarahan, mempertahankan/menunjukkan perbaikan nilai
laboratorium.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Perhatikan
keluhan peningkatan kelelahan ,kelemahan. Observasi takikardia, kulit/
membran mukosa pucat, dispenia, dan nyeri dada. Rencanakan aktifitas pasien
untuk menghindari kelelahan.
|
Dapat menunjukan
anemia , dan respos jantung untuk memper-tahankan oksigenasi sel.
|
Awasi tingkat kesadaran dan prilaku
|
Anemia dapat menyebabkan hipoksia
serebral dengan perubahan mental, orientasi, dan respons prilaku.
|
Evaluasi respons terhadap aktivitas,
kemampuan untuk melakukan tugas . Bantu sesuai kebutuahan dan buat jadwal
untuk istirahat.
|
Anemia menurunkan oksigenasi jaringan
dan meningkatkan kelelahan , sehingga memerlukan intervensi , perubahan
aktivitas dan istirahat.
|
Batasi contoh vaskular. Kombinasi tes
laboraturium bila mungkin
|
Pengambilan contoh darah
berulang/kelebihan dapat memperburuk anemia.
|
Observasi pendarahan terus menerus
dari tempat penusuakan . Pendarahan/area ekmosis karena trauma kecil. Peteke;
pembengkakan sendi atau membran mukosa , contoh pendarahan gusi, epitaksis berulang, hematemosis, melena dan
urin merah/berkabut.
|
Pendarahan daat terjadi dengan mudah
karena kerapuhan kapiler/gangguan pembekuan dan dapat memperburuk anemia.
|
Hematemesis sekresi gi/darah feses
|
Stres dan abnormalitas hemostatik
dapat mengakibatkan perdarahan gi.
|
Berikan sikat gigi halus, pencukur
elektrik; gunakan jarum kecil bila mungkin dan lakukan penekanan lebih lama
setelah menyuntikan/penusukan vaskular.
|
Menurunkan resiko
pendarahan/pembentukan hematoma.
|
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium. Contoh
: hitung darah lengkap: sdm, hb/ht:
|
Uremia (contoh peningkstsn smonis,
ures, atau toksin lain) menurunkan produksi eritropoetin dan menekan produksi
sdm dan waktu hidupnya. Pada gagal jinjal kronis, hemoglobin dan hematokrit
biasanya rendah tetapi diretensi; contoh pasien tidak menunjukan gejala
sampai hb dibawah 7.
|
Jumlah trombosit, faktor pembekuan;
|
Penekanan pembentukan trombosit dan
ketidakadekuatan kadar faktot III dan VIII mengganggu pembekuan dan potensial
resiko perdarahan. Catatan:
pendarahan dapat menjadi suli teratasi pada tahap akhir penyakit.
|
Kadar PT
|
Konsumsi protrombin abnormal
menurunkan kadar serum dan mengganggu pembekuan.
|
Kolaborasi
Berikan
darah segar, SDM kemasan sesuai indikasi.
|
Diperlukan bila pasien menunjukan gejala
anemia simtomatik, SDM kemasan biasanya diberikan bila pasien kelebihan cairan atau dilakukan
dialisis. SDM washed digunakan untuk mencegah hiperkalemia sehubungan dengan
darah yang disimpan.
|
Berikan
obat sesuai indikasi,contoh: Sediaan besi, asam folat(Folvite);
sianokobolamin (Betalin).
|
Berguna untuk memperbaiki gejala
anemia sehubungan dengan kekurangan nutrisi /karena dialisis. Catatan : Besi tidak boleh diberikan
dengan ikatan fosfat karena munurunkan absorpsi besi.
|
Simetidin
(Tagamet); Ranitidin (Zantac); antasida
|
Diberikan
secara profilatik untuk menurunkan/menetralkan asam lambung dan menurunkan
resiko pendarahan GI.
|
Hemastitik/penghambat
fibrinolisis, contoh asam aminokaproik (Amicar);
|
Menghambat pendarahan yang tidak reda
secara spontan/berespons terhadap pengobatan biasa.
|
Pelunak feses
(Colace); Laksatif bulk (Metamucil).
|
Mengejan terhadap feses bentuk keras
meningkatkan pendarahan mukosa/rektal.
|
3. Perubahan
proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh urea,
amonia), asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kalsifikasi metastatic pada otak.
Kriteria Hasil : meningkatkan tingkat
mental basanya, mengidentifikasi cara untuk mengkompensasi gangguan
kognitif/deficit memori.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Kaji
luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori, dan orientasi. Perhatikan lapang
perhatian.
|
Efek
sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan/peka minor dan berkembang
perubahan kepribadian atau ketidakmampuan untuk mengamisilasi informasi dan
berpartisipasi dalam keperawatan. Kewaspadaan terhadap perubahan memberikan
kesempatan untuk evaluasi dan intervensi.
|
Pastikan
dari orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
|
Memberikan perbandingan untuk
mengevaluasi perkembangan/ perbaikan gangguan.
|
Berikan
orang terdekat informasi tentang status pasien.
|
beberapa perbaikan
dalam mental mungkin diharapkan dengan perbaikan kadar BUN, elektrolit, dan
pH serum yang lebih normal.
|
Berikan
lingkungan tenang dan izinkan menggunakan televisi, radio dan kunjungan.
|
Meminimalkan rangsangan lingkungan
untuk menurunkan kelebihan sensori/peningkatan kekacauan saat mencegah
devripasi sensori.
|
Orientasikan
kembali terhadap lingkungan, orang, dan sebagainya. Berikan kalender, jam,
jendela keluar.
|
Memberikan
petunjuk untuk membantu dalam pengenalan kenyataan.
|
Hindarkan kenyataan secara singkat,
ringkas, dan jangan menantang dengan pemikiran yang tak logis
|
Konfrontsasi
potensial membuat reaksi perlawanan dan dapat meninbulkan ketidak percayaan
pasien dan meningkatkan penolakan terhadap kenyataan.
|
Komunikasikan
informasi/instruksi dalam kalimat pendek dan sederhana. Tanyakan pertanyaan
ya/tidak. Ulangi penjelasan sesuai keperluan.
|
Dapat membantu menurunkan kekacauan
dan meningkatkan kemungkinan bahwa komunikasi akn dipahami/diingat.
|
Buat
jadwal teratur untuk aktivitas yang diharapkan.
|
Membantu
dalam memprtahankan orientasi kenyataan dan dapat menurunkan takut/kekacauan.
|
Tingkatkan
istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
|
Gangguan tidur dapat mengganggu
kemampuan kognitif lebih lanjut.
|
Kolaborasi
Awasi
pemeriksaan laboratorium,contoh: BUN/kreatinin,elektrolit serum, kadar
glukosa,dan GDA (PO2,Ph).
|
Perbaikan
peningkatkan/ ketidakseimbangan dapat mempengaruhi kognitif/mental.
|
Berikan
tambahan O2 sesuai indikasi.
|
Perbaikan
hipoksia saja dapat memperbaiki kognitif.
|
Hindari
penggunaan barbiturat dan opiat.
|
Obat-obatan
secara normal didetoksifikasi dalam ginjal akan mengalami waktu paruh/efek
akumulasi, memperburuk kekacauan.
|
Siapkan
untuk dialisis.
|
Penyimpangan
proses pikir nyata dapat menunjukan memburuknya azotemia dan kondisi umum,
memerlukan intervensi cepat untuk meningkatkan homeostatis.
|
4. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Factor resiko meliputi:
Ganguan status metabolic, sirkulasi
(anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi(neuropati perifer).
Kriteria Hasil : mempertahankan kulit
utuh, menunjukkan prilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan/cidera kulit.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Insfeksi kulit terhadap
perubahan warna, torgor, vaskuler. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi.
Observasi terhadap ekimosis, purpura.
|
Menandakan area
sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan
dikubitus/infeksi.
|
Pantau masukan cairan
dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
|
Mendeteksi
adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan pada tingkat seluler.
|
Inspeksi area
tergantung terhadap edema.
|
Jaringan edema lebih
cenderung rusak/robek.
|
Ubah posisi dengan
sering; gerakan pasien dengan perlahan; beri bantalan pada tonjolan tulang
dengan kulit domba, pelindung siku/tumit.
|
Menurunkan
tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.
Peninggian meningkatkan aliran balik statis vena terbatas/pembentukan edema.
|
Biarkan perawatan
kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim (mis.,lanolin,
Aquaphor).
|
Soda
kue, mandi dengan tepung menurunkan gatal dan mengurangi pengeringan dari
pada sabun. Losion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kerimg,
robekan kulit.
|
Pertahankan linen
kering, bebas keriput.
|
Menurunkan iritasi
dermal dan resiko kerusakan kulit.
|
Selidiki keluhan
gatal.
|
Meskipun
dialisis mengalami masalah kulit yang berkenaan dengan uremik, gatal dapat
terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa, mis., kristal
fosfat (berkenaan dengan
hiperparatiroidisme pada penyakit tahap akhir).
|
Anjurkan pasien
menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan (daripada
garukan) pada area pruritus. Pertahankan kuku pendek; berikan sarung tengan
selama tidur bila diperlukan.
|
Menghilangkan
ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera dermal.
|
Anjurkan menggunakan
pakaian katun longgar.
|
Mencegah
iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
|
Kolaborasi
Berikan matras busa/flotasi
|
Menurunkan tekanan
lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi selular yang menyebabkan
iskemia/nekrosis.
|
5. Resiko
tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral.
Factor resiko meliputi:
Kurang/penurunan salvias, pembatasan
cairan.
Iritasi kimia, perubahan urea dalam
saliva menjadi amonia.
Kriteria Hasil : mempertahankan
integritas membram mukosa, mengidentifikasi/melakukan intervensi khusus untuk
meningkatkan kesehatan mukosa oral.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Inspeksi rongga mulut; perhatikan kelembaban,
karakter saliva, adanya inflamasi, ulserasi, leukoplakia.
|
Memberikan kesempatan
untuk intervensi segera dan mencegah infeksi.
|
Berikan cairan
sepanjang 24 jam dalam batas yang ditentukan.
|
Mencegah kekeringan
mulut berlebihan dari periode lama tanpa
masukan oral.
|
Berikan perawatan
mulut sering/cuci dengan larutan asam asetik 25%; berikan permen karet,
permen keras, mint pernapasan antara makan.
|
Membran mukosa dapat
menjadi kering dan pecah-pecah. Perawatan mulut menyejukkan, melumasi, dan
membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tak menyenangkan karena uremia
dan keterbatasan masukan oral. Pencucian dengan asam asetik membantu
menetralkan pembentukan amonia dengan mengubah urea.
|
Anjurkan higiene gigi
yang baik setelah makan dan pada saat tidur. Anjurkan menghindari floss gigi.
|
Menurunkan
pertumbuhan bakteri dan potensial terhadap infeksi. Flos gigi dapat melukai
gusi, menimbulkan perdarahan.
|
Anjurkan pasien menghentikan
merokok dan menghindari produk/pencuci mulut lemon/gliserin yang mengandung
alkohol.
|
Bahan ini mengiritasi
mukosa dan mempunyai efek mengeringkan, menimbulkan ketidaknyamanan.
|
Kolaborasi
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi, mis., antihistamin: kiproheptadin (periaktin).
|
Dapat diberikan untuk
menghilangkan gatal.
|
6. Kurang
pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
Kriteria Hasil : Menyatakan
pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan untuk
tindakan. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup yang perlu. Berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Kaji ulang proses
penyakit atau prognosis dan kemungkinan yang akan dialami
|
Memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informaasi.
|
Kaji ulang pembatasan
askep diet, termasuk fosfat (contoh produk susu, unggas, jagung, kacang) dan
magnesium (contoh,produk gandum, polon-polongan).
|
Pembatasan
fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran kalsium dari tulang
(osteodistrofi ginjal), dan akumulasi magnesium dapat mengganggufungsi
neurologis dan mental.
|
Diskusikan masalah
nutrisi lain, contoh pengaturan masukan protein sesuai dengan tingkat fungsi
ginjal.
|
Metabolit yang
terakumulasi dalam darah menurunkan hampir secara keseluruhan dari
katabolisme protein, bila fungsi ginjal menurun protein mungkin di batasi
proporsinya.
|
Dorong pemasukan
kalori tinggi, khususnya dari karbohidrat.
|
Penyimpanan
protein, mencegah penggunaan dan memberikan energi.
|
Diskusikan terapi
obat, termasuk tambahan kalsium dan ikatan posfat, contoh antasida aluminium
hidroksida ( amfogel, basalgel) dan menghindari antasida magnesium (
milanta,maalox,gelusil).
|
Mencegah
komplikasi serius, contoh penurunan absorbsi fosfat dari traktus GI dan
pengiriman kalsium untuk mempertahankan kadar normal serum, menurunkan resiko
fraktur, tetani.
|
Tekankan pentingnya
membaca semua label produk ( obat dan makanan) dan tidak meminum obat tanpa
menanyakan pada pemberi perawatan.
|
Ini sulit untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit bila pemasukan oksigenus bukan faktor dalam
pembatasan diet, contoh hiperkalsemia dapat di akibatkan oleh penggunaan
suplemen rutin dalam kombinasi dengan peningkatan pemasukan diet makanan yang
di perkaya kalsium dan obat mengandung kalsium.
|
Kaji ulang tindakan
untuk mencegah pendarahan, contoh penggunaan sikat gigi halus, pencukur
elektrik; hindari konstipasi, menghirup hidung keras, latihan keras/olah raga
kontak.
|
Menurunkan
resiko sehubungan dengan perubahan faktor pembekuan/penurunan jumlah
trombosit.
|
Instruksikan dalam
observasi diri dan pengawasan TD, termasuk jadwal istirahat sebelum mengukur
TD, menggunakan lengan/posisi yang
sama.
|
Insiden
hipertensi meningkat pada GGK, sering memerlukan penanganan dengan obat anti
hipertensi, perlu untuk observasi ketat terhadap efek pengobatan, contoh
respon vaskular terhadap obat.
|
Waspadakan tentang
terpajan pada suhu eksternal ekstrim, contoh bantalan panas/salju.
|
Neuropati
perifer dapat terjadi khususnya pada ekstremitas bawah ( efek uremia,
keseimbangan elektrolit/asam-basa), menganggu sensasi perifer dan potensial
resiko cedera jaringan.
|
Buat program latihan
rutin, dalam kemampuan individu; menyelingi periode istirahat dengan
aktivitas.
|
Membantu dalam
mempertahankan tonus otot dan kelenturan sendi. Menurunkan resiko sehubungan
dengan imobilisasi ( termasuk demineralasasi tulang) dan mencegah kelemahan.
|
Perhatikan masalah
seksual
|
Efek pisiologis
uremia/terafi anti hipertensi dapat mengganggu hasrat/penampilan seksual.
|
Identifikasi
tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik segera, contoh;
Demam derajat rendah,
menggigil, perubahab karakteristik urine/sputum, pembengkakan
jaringan/drainase, ulkus oral;
|
Depresi sistem imun,
anemia, malnutrisi, semua meningkatkan resiko infeksi.
|
Kebas/kesemutan pada
jari, abdominal/kram otot, spasme karpopedal;
|
Uremia dan penurunan
absorpsi kalsium dapat menimbulkan neuropati perifer.
|
Pembengkakan
sendi/nyeri tekan, penurunan ROM, penurunan kekuatan otot;
|
Hiperfosfatemia
dengan pergeseran kalsium dapat mengakibatkan deposisi kelebihan fosfat kalsium
sebagai klasifikasi dalam sendi dan jaringan lunak. Gejala pada tulang rangka
sering terlihat sebelum gangguan pada fungsi organ
|
Sakit kepala,
penglihatan kabur, edema periorbital/sakral, “mata merah”.
|
Dugaan
terjadinya/kontrol hipertensiburuk,dan/atau perubahn pada mata yang
disebabkan oleh kalsium.
|
Kaji ulang strategi
untuk mencegah kostipasi, termasuk pelunak feses (Colace) dan laksatif bult
(Metamuci) tetapi menghindari produk magnesium (susu magnesia).
|
Menurunkan pemasukan
cairan, perubahan pada pola diet, dan penggunaan produk ikatan fosfat sering
mengakibatkan konstifasi yang tidak responsif terhadap intervensi non
medikal. Penggunaan produk mengandung magnesium meningkatkan resiko
hipermagnesemia.
|
7. Ketidakpatuhan
b/d Sistem nilai pasien: Ansietas
Keyakinan kesehatan, pengaruh budaya. Perubahan mental; kurang/menolak sistem
pendukung/sumber. Kompleksitas, biaya, efek samping terapi.
Kriteria
Hasil : Menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan pemahaman
program, Berpartisipasi dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan, Membuat
pilihan pada tingkat kesepian berdasarkan informasi yang akurat,
Mengidentifikasi/menggunakan sumber dengan tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Yakinkan
persepsi/pemahaman pasien/orang terdekat terhadap situasi dan konsekuensi
perilaku.
|
Memberikan kesadaran
bagaimana pasien memandang penyakitnya sendiri dan program pengobatan dan
membantu dalam memahami masalah pasien.
|
Tentuksn sistem nilai
(keyakinan perawatn kesehatan dan nilai budaya).
|
Program
terapi mungkin tidak sesuai dengan pola hidup sosial/budaya, dan rasa
tanggung jawab/peran pasien.
|
Dengarkan/mendengar
dengan aktif pda keluhan/ pernyataan pasien.
|
Menyampaikan pesan
masalah, keyakinan pada kemampuan individu dan mengatasi situasi dalam cara
positif.
|
Identifikasi perilaku
yang mengidikasikan kegagalan untuk mengikuti program pengobatan.
|
Dapat
memberikan informasi tentang alasan kurangnya kerja sama dan memperjelas area
yang memerlukan pemecahan masalah.
|
Kaji tingkat
ansietas, kemampuan kontrol, perasaan tak berdaya.
|
Tingkat
ansietas berat mempengaruhi kemampuan pasien mengatsi situasi. Meskipun
pasien secara internal termotivasi ( rasa kontrol internal), pasif cenderung
menjadi pasif/tergantung pada penyakit berat, jangka panjang.
|
Tentukan arti
psikologis perilaku.
|
Pasien dapat menolak
kenyataan kondisi fisik/proses penyakit kronis takdapat pulih; tahap proses
berkabung dapat menunjukan kemerahan, tingkat laku kasar atau perilaku
menolak.
|
Evaluasi pasien
pendukung/sumber yang digunakan oleh pasien. Anjurkan pilihan yang tepat.
|
Adanya
sistem pendukung adekuat membantu pasien untuk mengatasi kesulitan penyakit
lama.
|
Kaji perilaku
memberikan perawatan kesehatan pada pasien/perilaku.
|
Pendekatan
yang menghakimi dapat membuat barier/kekuatan yang menjauhkan pasien,
menurunkan kemungkinan meningkatnya pengaruh.
|
Terima pilihan/titik
pandangan pasien, seolah-olah hal ini tampak menjadi merusak diri.
|
Pasien mempunyai hak
untuk membuat keputusan /pilihan sendiri, dan penerimaan dapat memberikan
rasa kontrol, yang akan membantu pasien melihat lebih dengan jelas
konsekuensi pilihan.
|
Buat tujuan bertahap
dengan pasien; modifikasi program sesuai keperluan/kemungkinan.
|
Bila pasien telah
berpartisipasi dalam menyusun tujuan, rasa menguntungkan mendorong kerja sama
dan minat untuk menyatu dengan/bekerja dengan program seperti yang dibuat.
|
Buat sistem
pengawasan diri, contoh TD, penimbangan; memberikan salinan laporan
laboratorium.
|
Memberikan rasa
kontrol, memampukan pasien untuk mengikuti kemajuan sendiri dan membuat
pilihan informasi.
|
Berikan umpan balik
positif untuk upaya/keterlibatan dalam terapi.
|
Meningkatkan harga
diri, mendorong partisipasi dalam program selanjutnya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes E. Mrylynn, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC
terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat
ReplyDeletehttp://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/