AyuWage Services - Get Paid to Visits Sites and Complete Surveys

Friday, October 5, 2012

Pemakaian Tanda Baca


A.    Tanda Titik(.)


1.      Tanda titik dipakai diakhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.misalnya:ayahku tingggal di solo,biarlah mereka duduk di sana,dia menanyakan siapa yang akan dating,hari ini tanggal 6 april 1973.,marilah kita mengheningkan cipta,sudilah kiranya saudara mengabulkan permintaan ini
2.      Tanda titik di pakai di belakang angka atau huruf,dalam suatu bagang,ikhtisar,atau daftar.
misalnya:
a.       III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jendral Agrarian
b.      Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel 
1.2.3 Grafik
1.      Tanda titik di pakai untuk di pisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya :
Pukul 1.35.20 ( pukul 1 lewat 35 menit 20 detik )
2.      Tanda titik di pakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan  jangka waktu.
3.      Misalnya :
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik )
0.20.30 jam ( 20 menit, 30 detik )
0.0.30 jam ( 30 detik )
4.      Tanda titik dipakai di antara nam penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya :
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
5.      a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan ataua kelipatannya.
    Misalnya :
    Desa itu berpendudukan 24.200 orang
    Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1231 orang jiwa.
b. tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan  bingan ribuan atau
    kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.  
Misalnya :
Ia lahir pada tahun 1956 di bandung.
6.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir  judul yang merupakan kepala kerangan atau ilustrasi, table, dan sebagainya.
Misalnya :
Acara kunjungan adam malik
Bentuk dan kebudayaan ( Bab 1 UUD 1945)
7.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya :
Jalan diponegoro 82
Jakarta
1 april 1991
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta

B.     Tanda Koma (,)
1.      Tanda koma dipakai di antara unsur – unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalanya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Satu, dua, … tiga !
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dan kalimat setara berikuytnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainka.
Misalnya :
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3.      a .Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat jika
    anak kalimat itu mendahului induk kalimat itu.
    Misalnya :
    Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat
    jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
    Misalnya :
    Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4.      Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu , jadi, lagipula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya :
… oleh karena itu, kita harus berhati-hati .
5.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,ya,wah,aduh,kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah bukan main!
Hati-hati,ya, nanti jatuh.
6.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain lain dari kalimat.
Misalnya:
kata ibu, “saya gembira sekali”
“saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
7.      Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat , (iii), tempat dan tanggal (iv), nama dan tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada dekan
Fakultas kedokteran, universitas Indonesia, jalan
Raya salemba 6, Jakarta.
Sdr.abdullah, jaian pisang batu 1, bogor
Surabaya, 10 mei 1960
Kuala lumpur, Malaysia
8.      Tanda koma dipakai untuk menceriakan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, sultan takdir  1949. Tatabahasa baru bahasa Indonesia jilid 1 dan 2. Djakarta:  PT pustaka rakjat.
9.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalain catatan kaki
Misalnya:
WJ.S. Poerdarminta, Bahasa Indonesia  untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967).
10.  Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademoi yang mengikutinya untuk membedakannya dan singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya
B. Ratulangi, S.E.
11.  Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12.  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
13.  Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca dibelakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
14.  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” Tanya Karim.Tanda Titik Koma (;)

C.    Tanda Titik Koma (;)
1.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.      Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara didalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tananmannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”

D.    Tanda Titik Dua (:)
1.      a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlikan kursi, meja, dan lemari.
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.       Ketua                      : Ahmad Wijaya
Sekretaris                : S. Handayani
Bendahara               : B. Hartawan
3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu                     : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir                  : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu                     : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4.      Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbitbuku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, 1(1971), 34:7
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

E.     Tanda Hubung (-)
1.      Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Disamping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
3.      Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak
Berulang-ulang
4.      Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
5.      Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (iii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
Ber-evolusidua puluh lima-ribuan (20x5000)
6.      Tanda hubung boleh dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan –an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
Se-Indonesia
Tahun 50-an
7.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash

F.        Tanda Pisah (–)
1.      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.      Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya :
Rangkaian temuanb ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3.      Tanda pisah dipakai  di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ’sampai’.
Misalnya:
1910–1945
Jakarta–Bandung

G.    Tanda Elipsis (…)
1.      Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2.      Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab –sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

H.    Tanda Tanya (?)
1.      Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2.      Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat  yang disangsikan atau yang kurang  dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1683(?)

I.       Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!

J.      Tanda Kurung ((…))
1.      Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Miusalnya:
Bagian Perencana sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan  yang bukan bagian integral poko pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama dan tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itumenunjukkan arus perkembangan baru pasaran dalam negeri.

3.      Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
4.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K.    Tanda Kurung Siku ([…])
1.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tabda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.      Tanda kurung siku megapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaaanya [halaman 35–381] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

L.     Tanda Petik (“…”)
1.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Saya belum siap,”kata Mira, “tunggu sebentar!”
2.      Tanda petik mengapit judul syair karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,dari Suatu Tempat.
3.      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
4.      Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misanya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu”
5.      Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.

M.   Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1.      Tanda petik tunggal menapit petikan yang terdudun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2.      Tanda petik tunggal mengapit makna, trjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
feed-back ‘balikan’



N.    Tanda Garis Miring (/)
1.      Tanda garis miring dipakai dalam nimor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Tahun anggaran 1985/1986
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 150,00/lembar

O.    Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya;
Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
1 Januari ’88 (’88 = 1988)     




BAB III
KESIMPULAN
Pemakaian tanda baca meliputi:
o   Penggunaan tanda baca yang kurang tepat meliputi tanda baca titik, tandabaca koma, dan tanda baca seru. Penggunaan tanda baca titik yang kurangtepat diklasifikasikan berdasarkan jumlah dan letak. Penggunaan tandatitik di akhir kalimat dan penggunaan tanda titik yang berlebihan.Penggunaan tanda koma yang kurang tepat pada penulisan teks iklanbrosur penawaran barang atau jasa terdapat di antara unsur-unsur  dalamsuatu pemerian atau pembilangan. Tanda koma hanya dituliskan setelahunsur ketiga terakhir. Wujud penggunaan tanda seru diklasifikasikanberdasarkan jumlah dan letak. Penggunaan tanda seru di akhir kalimat danpenggunaan tanda seru yang berlebihan.









DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2008.Ragam Bahasa
Muhammad Rohmadi, dkk. 2008. Teori dan aplikasi bahasa indonesia di perguruan tinggi. Surakarta: (UNS PERS)

0 komentar:

Post a Comment