A. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Luar Negeri
Merawat orang sama tuanya dengan
keberadaan umat manusia. Oleh karena itu perkembangan keperawatan, termasuk
yang kita ketahui saat ini, tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia. Kepercayaan terhadap
animisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
1.
Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi
Pada masa sebelum masehi perawatan
belum begitu berkembang, disebabkan masyarakat lebih mempercayai dukun untuk
mengobati dan merawat penyakit. Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari,
mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di
Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari
penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan
atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang
sakit tersebut.
2.
Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi
Kemajuan pradaban manusia dimulai
ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi
perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif terhadap
perkembangan keperawatan.
A.
Perkembangan Kperawatan Masa Penyebaran Kristen
Pada permulaan Masehi, Agama Kristen
mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti,
seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada
masa pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes
(latin), yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama
bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.
B. Perkembangan Keperawatan Masa
Penyebaran Islam
Pada pertengahan Abad VI Masehi,
Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan
Agama Islam.
Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam
tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab berkembang
pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya
menjaga kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh keperawatan
yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.
C.
Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan
Pada permulaan Abad XVI, struktur
dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama
berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan, yaitu: perang, eksplorasi kekayaan
alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu telah terjadi kemunduran
terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk memenuhi
kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan (WTS) yang
telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat drastis
dipandangan masyarakat saat itu.
3.
Perkembangan Keperawatan Di Inggris
Perkembangan keperawatan di Inggris
sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris melalui Florence Nightingle
telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan keperawatan yang kemudian
diikuti oleh negara-negara lain.
Florence Nightingle, lahir dari
keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia). Setahun
setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence
mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa
Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti kursus
pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan
setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War)
terjadi di Turki tahun 1854, Florence bersama 38 suster lainnya di kirim ke
Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman, telah terjadi perubahan pada
bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka kematian turun sampai 2%.
Kontribusi Florence Nightingle bagi
perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian
penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi
merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal
klien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah
sakit, mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan
pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu:
kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan
berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan
pendidikan berlanjut bagi perawat.
4. Sejarah Keperawatan di Mesir
Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa
yang terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat
terhadap orang sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang
tidur. Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir.
Ilmu ketabiban terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir
zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia
menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang
anatomi, Hygienr umum serta tentang obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis
dalam kitab Papyrus didalamnya memuat kurang lebih 700 macam resep obat-obatan
dari Mesir
5. Sejarah Keperawatan Yahudi Kuno
Ilmu
pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir. Misalnya :
cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga dikenal
sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi memajukan
minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang
kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern dimana cara-cara dan
peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang, misalnya :
1. Pemeriksaan
dan peminilah bahan makanan yang akan di makan
2. Mengadakan
cara pembuangan kotoran manusia
3. Pelarangan
makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit
4. Memberitahukan
kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya, sehingga dapat diambil
tindakan.
5. Sejarah
Keperawatan di India
Bangsa India (Hindu) di zaman purba
telah memeluk agama Brahmana, disamping memuja dan meminta pertolongan kepada
dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang sakit. Di India telah terdapat RS
khususnya di Utara saat pemerintahan Rasa Asoka, ± 8 RS dimana sebagian
kemudian dijadikan sekolah-sekolah pengobatan dan perawatan
6. Tiongkok
Bangsa
Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis.
Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi.
Orang-orang
yang terkenal dalam ketabiban :
1. Seng
Lung
Dikenal
sebagai "Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan telah menggunakan
obat-obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang
terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa.
2. Chang
Chung Ching ± 200 Sm telah mengerjakan lavement dengan menggunakan bamboo
3. Sejarah
Keperawatan Bangsa Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan
memuliakan banyak dewa (polytheisme) dewa yang terkenal adalah dewa yang
dianggap sebagai dewa pengobatan putri dan dewa yang bernama hygiene sebagai
Dewi kesehatan, maka timbullah perkataan higyene. Untuk pemujaan terhadap para
dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai pengobatan orang
sakit dan perawatan dikerjakan oleh para budak-budak. Orang-orang ternama dalam
ketabiban antara lain
1. Hippocrates
(hidup ± 400 SM) à bapak pengobatan dengan jasa :
-
Dasar cara
pengobatan sampai sekarang ini
-
Penyakit bukan
karena setan, melainkan rusaknya undang-undang alam
-
Mengembangkan
tehnik pemeriksaan badan
-
Mengajarkan
tentang makanan si sakit
-
Menganjurkan
supaya penderita sakit jiwa dirawat secara perikemanusiaan
-
Mengajarkan
tentang semangat pekerjaan, menghargai teman sejawat, , bertanggung jawab
terhadap si sakit yang menjadi sumpah hypocrates
2. Plato
ahli
filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran
3. Aristoteles
Ahli
filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan
di Indonesia
1.
Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan
Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut “velpleger” dengan
dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada rumah
sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799.
Pada masa VOC berkuasa, Gubernur
Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah memiliki semboyan “Kesehatan adalah
milik manusia” Pada saat itu Raffles telah melakukan pencacaran umum, membenahi
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan
perawatan tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali
ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit.
Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband yang berlokasi di Glodok-Jakarta
Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut dipindahkan ke Salemba dan sekarang
dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dalam kurun waktu 1816-1942 telah
berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending
protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat,
RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus di Bandung dan RS.
Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan tahun 1912 di RSCM
telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun kedatangan Jepang
(1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
2.
Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah kemerdekaan
a. Periode 1945 -1962
Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa
transisi pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan
keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembanagan
tenaga keperawatan yang masih menggunakan system pendidikan yang telah ada,
yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah
A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula pendidikan
perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya disebut mantri
juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka
sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat yang lebih
berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan
pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan
sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi
Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS.
Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No.
17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi
namun pola pengembangan pendidikan keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari
kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau dari masih
berorientasinya perawat pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya
konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum
jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih berorientasi pada keterampilan
prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan dari pelayanan medis.
b. Periode 1963-1983
Periode ini masih belum banyak
perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17
April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam
perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini
terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS,
Depkes dan organisasi lainnya.
c. Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang
Pada tahun 1985, resmi dibukanya
pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI
telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun 1992
dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga keperawatan
sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di
Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya
menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk
meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan
dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan
mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000 sampai dengan sekarang.
C. Tokoh–tokoh dalam Keperawatan
A.
Florence Nightingale
Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13
Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan
ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu ( bahasa Inggris The Lady With The Lamp)
atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan
kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia
memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan
penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan
ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan
Inggris.
Bidadari
berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran
dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada
Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak
sekali.Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia
bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara
tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena
sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk
mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih
bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban
tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan,
Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas
medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik
dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih
hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa
lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence
berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan
mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap
gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal. Selama perang Krimea, Florence
Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu. Pada tahun 1857 Henry
Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale
berjudul “Santa Filomena“,
yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara
pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
B.
Suster
Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster
dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di
Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963
dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori
adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of
California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya
stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu: focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi
dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain
konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan
nilai dari manusia.
Sebagai model yang berkembang, Roy
menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi
seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka
kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970,
model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana
muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500
staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi,
menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
C.
Rufaidah binti Sa’ad
Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal
Rufaidah binti Sa’ ad, mereka lebih mengenal tokoh keperawatan yang berasal
dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang
berasal dari Inggris.Apabila kawan-kawan mau menelaah lebih jauh lagi ke
belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu
mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karnakan kebijakan dari pihak gereja
yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia
lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan terutama dlm duni keperawatan. Bukan berarti
rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan
mengandung ajaran dan nilai2 kesehatan seperti: pentingnya menjaga kebersihan
diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan,
ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama
lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah,
dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama
kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu
keperawatan saat membantu ayahnya. Dansaat kota Madinah berkembang Rufaidah
mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di
luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud,
Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang.
Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan
Rasulullah SAW pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh
dia.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok
wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang Khibar mereka meminta ijin kepada
rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang
terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah dimulainya awal mula dunia medis
dan dunia keperawatan.Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas
masyarakat, kepada anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian
yang luhur danempati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya
dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang
perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch )
jadi seimbang.
D.
Martha
Elizabeth Rogers
Martha Elizabeth Rogers (1914-1994),
dikenal luas karena penemuannya di bidang ilmu pengetahuan yang
menggambarkan manusia secara utuh.Martha E. Rogers membangun kerangka kerja
untuk studi lanjutan dan penelitian keperawatan, serta memengaruhi perkembangan
berbagai teori modalitas, termasuk sentuhan terapeutik.Selama karirnya yang
panjang dan produktif, dia telah menunjukkan keterampilan kepemimpinan dan visi
futuristik dalam pengembangan pendidikan, praktik, serta penelitian di bidang
keperawatan di Amerika Serikat dan dunia internasional.
Lahir di Dallas, Texas, pada tanggal 12
Mei 1914. Rogers merupakan anak tertua dari empat bersaudara, anak dari
pasangan Bruce dan Lucy M. Keener Rogers.Setelah masuk University of
Tennessee di Knoxville 1931-1933, Rogers masuk Knoxville General
Hospital School of Nursing, dia menerima gelar diploma pada tahun 1936,
dan memperoleh gelar sarjana dari George Peabody College, Nashville,
pada tahun 1937.Rogers kemudian bekerja sebagai perawat kesehatan masyarakat di
Michigan 1937-1939, dan sebagai anggota staf Hartford, Connecticut Visiting
Nurses Association 1940-1945.
Setelah menerima gelar master dari Teachers
College, Columbia University, tahun 1945, Rogers menjabat sebagai direktur
eksekutif Phoenix Visiting Nurse Association di Arizona, tempat dimana
dia tinggal selama enam tahun.
Pada 1952, Rogers menerima gelar master
kesehatan masyarakat dan pada tahun 1954 mendapat gelar Doktor dari Johns
Hopkins University. Pada tahun 1954, Rogers diangkat menjadi guru besar
keperawatan dan Kepala Divisi Keperawatan di New York University.Sebagai
bentuk komitmennya untuk pendidikan sarjana muda bagi perawat, Rogers menentang
penggunaan kurikulum keperawatan yang berdasarkan pada model kedokteran. Selain
itu, Rogers juga merekomendasikan pendidikan tingkat Doktor disiapkan di
fakultas keperawatan.
Sekitar 21 tahun kemudian, Rogers
berinisiatif merevisi kurikulum, dasar teori pembelajaran, dan merintis
pembentukan program sarjana lima tahun di New York University.Dalam
rentang waktu yang bersamaan, dia mengembangkan teori yang dia
diidentifikasikan sebagai “paradigma keperawatan- ilmu pengetahuan manusia yang
utuh,” serta melakukan “penyelidikan filosofis dan teoretis tentang sifat serta
arah pembangunan manusia.”Sebagai seorang pendukung kajian ilmiah, Rogers
menulis tiga buku yang memperkaya pengalaman belajar dan memengaruhi arah
penelitian keperawatan bagi siswa yang tak terhitung jumlahnya.
Ketiga buku tersebut adalah Educational
Revolution in Nursing (1961), Reveille in Nursing (1964), dan An
Introduction to the Theoretical Basis of Nursing (1970), di buku yang
terakhir Rogers memperkenalkan the four Rogerian Principles of
Homeodynamics.Setelah pensiun pada tahun 1975, Rogers terus mengajar di New
York University, masih sering melakukan presentasi di konferensi ilmiah di
seluruh dunia, dan secara konsisten terus bekerja untuk memperbaiki sistem
konseptualnya.
Rogers juga aktif terlibat dalam
organisasi keperawatan profesional serta lembaga yang berfokus pada pendidikan
dan beasiswa. Rogers memperoleh banyak penghargaan, sebagai penghormatan
atas kontribusinya dalam dunia keperawatan dan ilmu pengetahuan secara umum.
E.
Virginia
Avenel Henderson, M.A., Hon. FRCN.
Virginia Avenel Henderson, M.A., Hon.
FRCN (November 30, 1897-19 Maret 1996) bukan hanya dikenal
sebagai seorang perawat, tetapi juga sebagai seorang peneliti, pencipta
teori, dan penulis. Virginia Henderson lahir di Kansas, Missouri. Dia merupakan
anak kelima dari delapan bersaudara, dari pasangan Lucy Abbas Henderson
dan Daniel B. Henderson.
Virginia Henderson lulus dari Army
School of Nursing, Washington, DC pada tahun 1921. Dia juga berhasil lulus
dari Teachers College, Columbia University dengan gelar M.A. di
bidang pendidikan keperawatan.Virginia Henderson terkenal dengan definisi
keperawatannya yaitu Fungsi unik dari perawat adalah membantu individu, baik
sakit atau sehat, dalam praktiknya individu tersebut juga berkontribusi
terhadap kondisi kesehatan atau pemulihannya (atau sampai meninggal dengan
damai) bahwa individu tersebut akan melakukannya tanpa bantuan jika dia
memiliki kekuatan yang diperlukan, keinginan, atau pengetahuan. Henderson
membagi kegiatan keperawatan berdasarkan kebutuhan manusia menjadi 14 komponen.
Dia menggambarkan peran perawat sebagai substitutive
(melakukan untuk individu), supplementary (membantu individu), atau complementary
(bekerjasama dengan individu), dengan tujuan membantu individu menjadi se-independent
mungkin.Virginia Henderson merupakan salah satu perawat pertama yang
menunjukkan bahwa peran perawat tidak hanya sekedar mengikuti perintah dokter.
D.
Sejarah Pelayanan di Luar Negeri
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin,
1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang
dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home
care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.
Di Amerika, Home Care (HC) yang
terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak
sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.
Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern,
namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat
lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional,
sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA
(Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga
miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk
melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan
asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang
memberikan layanan Home Care terus meningkat sekitar 10%
perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat
pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian
berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang
berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan
perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat dibayar melalui pihak
ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai layanan kesehatan
termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari
Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001) Di UK, Home Care
berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan mulai
berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati
yang merawat orang miskin yang sakit dirumah.
Kemudian mereka mulai melatih wanita dari kalangan
menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan
Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris,
2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran
District Nurse (DN) adalah :
a. Merawat
orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
b. Merawat
orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai
c. Mengajarkan
ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu. Selain district nurse (dn), di uk
juga muncul perawat health visitor (hv) yang berperan sebagai district nurse
(dn) ditambah dengan peran lain ialah :
1. Melakukan
penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
2. Memberikan
saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi setempat.
E.
Sejarah
Pelayanan di Indonesia
Di Indonesia, layanan Home Care (HC)
sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik
yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga
keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal
biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan
maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan
Bidan tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah
melakukan program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam
layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan
pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti dengan perawatan
nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali pusat bayi
puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar”
dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi
ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring
dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan dengan
pelayanan.
Mengapa
Home Care (HC) Diperlukan ?
Akhir-akhir
ini Home Care (HC) mendapat perhatian karena berbagai alasan, antara lain yaitu :
1. Bagi
Klien dan Keluarga
a. Program
Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal,
karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi
keluarga.
b. Mempererat
ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada
yang sakit .
c. Merasa
lebih nyaman karena berada dirumah sendiri .
d. Makin
banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit
yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya .
2. Bagi
Perawat
a. Memberikan
variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap
sama
b.
Dapat mengenal
klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan
kerja perawat akan meningkat.
c. Berbagai
alasan tersebut membuat program layanan Home Care (HC) mulai diminati baik oleh
pihak klien dan keluarganya, oleh perawat maupun pihak rumah sakit.
Jenis
Institusi Pemberi Layanan Home Care (HC)
Ada
beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:
1. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC)
yang telah lama berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien
yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di
Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
2. Institusi
Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC)
dengan sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau
organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala
Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan
sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.
3. Institusi
Swasta
Institusi
ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik
perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima
imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke
tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak
berorientasi “not for profit service” .
4. Hospital
Home Care
Home
Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care) Merupakan perawatan
lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan
bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini
selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :
a. Ambulasi
dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan
pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya
dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara Taksonomi tersebut
terdiri dari 20 komponen asuhan keperawatan antara lain :
1. Komponen
perilaku kesehatan
·
medication
·
safety
·
health behavior
2. Komponen
fungsional
·
activity
·
fluid volume
·
nutritional
·
self-care
3.
Komponen
fisiologis
·
cardiac
·
respiratory
·
metabolic
·
physical
regulation
·
skin integrity
·
issue perfusion
·
bowel
elimination
·
urinary
elimination
4. Komponen
psikologis
·
cognitive
·
coping
·
role
relationship
·
self concept
Dengan telah jelasnya konsep dan
peraturan praktik keperawatan, termasuk di dalamnya adalah HC, maka perawat telah
dapat melakukan praktik keperawatan professional dengan optimum, demi
terwujudnya masyarakat dan Indonesia sehat 2010.
PENUTUP
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
di segala bidang termasuk bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi
masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia,
kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin
sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah
mengubah sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya
berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada
penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser
dari penekanan aspek kuratif kepada peran aspek preventif dan promotif tanpa
meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.
Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit
dari profesi keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses ini
meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses
keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga
antisipasi organisasi profesi (PPNI).
Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia dan di Luar Negeri